Nama :
Ratu Gingga Mentari
NPM : 15210675
NPM : 15210675
Kelas
: 3EA18
Analisis persaingan dan pengelompokan posisi merk sabun mandi cair terhadap persepsi masyarakat di
kota Blitar
Bab 1
Latar
Belakang
Industri
sabun mandi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang relatif cukup besar,
seiring dengan meningkatnya konsumsi sabun mandi karena kesadaran masyarakat
akan kebersihan, dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan status sosial
ekonomi. Industri sabun mandi di Indonesia tercatat sampai dengan Januari 2003
adalah 82 perusahaan sabun mandi. Total produksi sabun mandi di tahun 2003
adalah 192,6 ribu ton, meningkat sebesar 31,2% (Harian Kompas,
2002).
Dengan
semakin tumbuh suburnya industri sabun mandi di Indonesia dan tantangan
persaingan global dan era AFTA tahun 2004, maka persaingan akan semakin ketat
dan kemungkinan konsumen memilih produk-produk yang paling menguntungkan atau
dapat memberikan kepuasan yang paling tinggi. Kompetisi merupakan dinamika
alami kehidupan bisnis, namun untuk memenangkan persaingan tidaklah semudah
membalik telapak tangan. Dasar keberhasilan suatu perusahaan adalah kemampuan
menyesuaikan keunggulan bersaing dari organisasi dengan peluang-peluang
mencapai kepuasan pelanggan jangkapanjang. Diperlukan keahlian untuk memonitor
lingkungan, memutuskan kelompok pelanggan yang dilayani, menetapkan spesifik
produk, dan menyeleksi posisi pesaing-pesaing yang dihadapi. Untuk memperoleh
keunggulan bersaing, perusahaan harus dapat memberikan tingkat kepuasan
pelanggan yang tinggi dengan menawarkan nilai superior (superior value) pada
pelanggan melalui harga yang murah dari pada pesaing-pesaing untuk manfaat yang
sama atau manfat-manfat yang lebih unik dari pada suatu imbangan yang tinggi.
Oleh karenanya diperlukan strategi pengintegrasian multifungsi dan preferensi
pelanggan untuk atribut-atribut produk harus di transformasikan ke dalam desain
produk dan panduan produksi. Keberhasilan dalam mencapai produk dan pelayanan
yang berkualitas tinggi membutuhkan pengetahuan tentang atribut-atribut produk
dan kualitas pelayanan mana yang mendorong kepuasan pelanggan (Craven,
2000 ). Berdasarkan uraian tersebut, maka sangat relevan untuk melakukan
penelitian
PERUMUSAN MASALAH
Perumusan Masalah Berdasarkan
latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peta posisi persaingan
merk sabun mandi cair berdasarkan persepsi masyarakat di Kota Blitar?
2. Bagaimana pengelompokan posisi
merk sabun mandi cair berdasarkan persepsi masyarakat di Kota Blitar ?
3. Manakah
merk sabun mandi cair yang paling disukai masyarakat di Kota Blitar berdasarkan
atribut-atribut yang dijadikan dasar untuk mempersepsikan sabun mandi cair?
TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan Penelitian Tujuan dari
penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis peta posisi
persaingan merk sabun mandi cair berdasarkan persepsi masyarakat di Kota Blitar
2. Untuk menganalisis pengelompokan
posisi merk sabun mandi cair berdasarkan persepsi masyarakat di Kota Blitar.
3. Untuk
menganalisis merk sabun mandi cair manakah yang paling disukai berdasarkan
atribut-atribut determinan yang dipakai dalam mempersepsikan sabun mandi cair
di Kota Blitar.
LANDASAN TEORI
2.1 Teori
2.1.1 Peranan penting pemasaran
Peranan
Penting Pemasaran
Peran Pemasaran (Kotler, 2001) sangat penting dalam membantu suatu perusahaan untuk meraih peluang-peluang maupun menghadapi tantangan. Karena itu di era globalisasi ini perusahaan harus berjuang menghadapi persaingan global yang semakin ketat, kesenjangan pendapatan, kerusakan lingkungan, kekurangan prasarana, stagnasi ekonomi, ketrampilan buruh yang rendah serta masalah ekonomi, politik, dan sosial lainnya.
Peran Pemasaran (Kotler, 2001) sangat penting dalam membantu suatu perusahaan untuk meraih peluang-peluang maupun menghadapi tantangan. Karena itu di era globalisasi ini perusahaan harus berjuang menghadapi persaingan global yang semakin ketat, kesenjangan pendapatan, kerusakan lingkungan, kekurangan prasarana, stagnasi ekonomi, ketrampilan buruh yang rendah serta masalah ekonomi, politik, dan sosial lainnya.
2.1.2
Manajemen Pemasaran
Definisi
manajemen pemasaran yang disetujui oleh Asosiasi Pemasaran Amerika (Kotler,
2001) sebagai berikut, “…Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan
pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan,
barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan
individu dan organisasi.” Definisi tersebut menjelaskan bahwa manajemen
pemasaran adalah proses yang melibatkan analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian, yang mencakup barang, jasa dan gagasan dalam pertukaran yang diiginkan
dengan pasar sasaran dengan tujuan menghasilkan keputusan bagi pihak-pihak yang
terlibat.
2.1.3 Konsep
Pemasaran
Konsep
Pemasaran (Kotler; 2001) adalah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa
kunci dari untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif dari
pada pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan
kebutuhan dan keinginan pasar sasaran. Konsep pemasaran bersandar pada empat
pilar yaitu: pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasar terpadu, dan profitabilitas.
Konsep pemasaran menganut pandangan dari luar ke dalam, yang dimulai dengan
orientasi pada pasar dengan mendefinisikan pasar sasaran dengan baik dan
cermat, sehingga dapat menyiapkan program pemasaran yang sesuai.
2.1.4 Perilaku
Konsumen
Pemahaman
yang baik mengenai perilaku konsumen sangat penting dan diperlukan bagi pemasar
atau perusahaan, karena dengan pemahaman itu akan memberikan pengetahuan dan
informaasi yang diperlukan mengenai bagaimana tindakan konsumen dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginannya beserta proses pengambilan keputusan pembelian
konsumen terhadap suatu produk untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya.
Keberhasilan keputusan-keputusan pemasaran dari suatu perusahaan memerlukan
pemahaman dan informasi luas mengenai perilaku konsumen. Banyak contoh nyata
dalam praktik menjelaskan bahwa yang membuat keberhasilan suatu perusahaan
adalah dapat menerapkan teori dan informasi mengenai perilaku konsumen.
2.1.5 Konsep
Persepsi
Menurut Cravens
(2004) Persepsi adalah proses dimana individu memilih, mengorganisasikan
dan menginterprestasikan input yang berupa informasi untuk menciptakan
suatu gambaran dunia yang berarti. disimpulkan bahwa persepsi merupakan hasil
dari proses pengamatan terhadap keadaan oleh indra manusia selanjutnya akan
menginterprestasikan stimulus yang diterima. Meskipun stimulus yang diterima
sama, tetapi akan dapat memiliki arti berbeda-beda pada masing-masing individu,
kemudian akan mempengaruhi perilaku dalam tindakan memilih sesuatu.
2.1.6 Model
Persepsi Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen secara individu bila dihubungkan
dengan persepsi dan preferensi dapat dikategorikan dalam dua proses dasar (Stephen
Robbin; 2002) yaitu:
1. Persepsi adalah penilaian
individu mengenai tingkat kesamaan dan tingkat perbedaan diantara obyek-obyek
yang merupakan rangsangan (stimulus).
2.
Preferensi adalah rangkaian obyek yang diberi penilaian sesuai atau mendekati
kesesuaian dengan persyaratan yang dikehendaki konsumen.
2.1.7 Penempatan
Posisi
Penentuan posisi (positioning) menurut Craven
(2001) merupakan tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan sehingga
menempati suatu posisi kompetitif yang berarti dan berbeda dalam benak
pelanggan sasaran. Penentuan posisi merupakan konsep strategis yang penting,
karena membantu perusahaan dalam mengkomunikasikan strateginya untuk pasar dan
organisasinya sendiri sebaik mengelola hubungannya dengan konsumen. Strategi
penentuan posisi dalam program pemasaran merupakan hasil kombinasi antara strategi
produk, saluran distribusi, harga dan promosi yang digunakan oleh perusahaan
untuk menentukan posisinya terhadap pesaing utama dalam usaha memenuhi
kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.
2.2PENELITIAN TERDAHULU
2.2.1 Alifah
Ratnawati (1999) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Persepsi
Konsumen terhadap Suratkabar Harian di Kota Malang.” Tujuan penelitian ini
adalah, pertama, untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap suratkabar yang
beredar di Kota Malang. Sehingga dapat diketahui posisi masing-masing
suratkabar di antara pesaing-pesaing, dipandang dari sudut pandang konsumen;
dan kedua, untuk mengetahui suratkabar yang paling disukai konsumen berdasarkan
atribut-atribut yang dijadikan dasar mempersepsikan suratkabar.
2.2.2 Penelitian
Sherly Hesti Erawati (1999) dengan judul “Analisis Persepsi Konsumen
terhadap Perguruan Tinggi Swasta di Kota Malang: kajian tentang penempatan
posisi persaingan PTS.” Tujuan penelitian adalah: pertama, untuk mengetahui
persepsi konsumen terhadap perguruan tinggi swasta (PTS) di Kota Malang; kedua,
untuk mengetahui posisi persaingan PTS berdasarkan persepsi konsumen, sehingga
diketahui pesaing utama tiap PTS dalam kelompok dan antarkelompok; dan ketiga,
untuk mengetahui PTS yang paling disukai konsumen berdasarkan atribut yang
digunakan sebagai dasar penilaian mempersepsikan PTS.
2.2.3
Penelitian Mohammad Rifai (1999) dengan judul “Sikap Konsumen
Terhadap Atribut Sabun Mandi Kesehatan: studi Merk Lifebuoy dan Nuvo di Kota
Jombang.” Atribut yang dugunakan adalah daya bersih, aroma ,warna, label,
kemasan, dan merk.
2.2.4 Ibrahim
(2001) meniliti sikap konsumen terhadap atribut sabun mandi biasa di Kota
Jogjakarta dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Sikap Konsumen
terhadap Atribut Sabun Mandi Biasa di Kota Jogjakarta: Studi pada Merek Sabun
Mandi Lux dan Giv.” Atribut yang digunakan adalah aroma, harga, kemasan,
daya bersih, promosi, merk, warna, label, dan prestise. Teknik analisanya
menggunakan Fishbein model dan analysis of variance (anova).
2.3
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian serta
kajian penelitian terdahulu dan landasan teori, maka hipotesis yang diajukan
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Diduga masing-masing merek sabun
mandi cair mempunyai posisi persaingan yang berbeda berdasarkan persepsi
masyarakat di Kota Blitar
2. Diduga terdapat beberapa kelompok
posisi merek sabun mandi cair berdasarkan persepsi masyarakat di Kota Blitar
3. Diduga
sabun mandi cair merek Lifebuoy paling disukai masyarakat di Kota Blitar
dikarenakan produk sabun mandi cair merek Lifebuoy sering dijumpai atau mudah
untuk mengkonsumsi produk tersebut, baik di toko-toko atau kios kecil-kecil di
Kota Blitar
METODELOGI
3.1 Data dan
Sumber Data
Dalam penelitian
ini, dibutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan, dimulai pada bulan Maret sampai
dengan bulan Mei 2005. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Blitar,
yang mencakup tiga kecamatan yaitu: Kecamatan Sukorejo, Kecamatan
Kepanjenkidul, dan Kecamatan Sananwetan.
3.2 VARIABEL PENELITIAN
1. Penelitian Survey
Jenis
penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian survei. Kerlenger (1973) mengemukakan bahwa
penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun
kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari
populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi,
dan hubungan-hubungan antarvariabel sosiologi dan psikologis.
2. Penelitian Kualitatif
Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan data kualitatif. Data kualitatif
adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar atau data kualitatif
data yang berbentuk angka/data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono; 2002)
3.3 Tahapan
Dalam
melakukan penelitian terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui sebelum
sebuah tulisan dapat dikatakan sebagai penelitian.
1.
Menentukan tema
2.
Menentukan latar belakang masalah
3.
Menentukan masalah dan tujuan
4.
Mencari teori yang terkain dengan penelitian
5.
Menentukan hipotesis dan variabel
6.
Mementukan data dan sumber data yang digunakan
7.
Menentukan alat analisis dan metode penelitian
8.
Melakukan pengambilan data
9.
Mengumpulkan hasil penelitian
10.
Menganalisi hasil penelitian
11.
Memberikan kesimpulan terhadap hasil penelitian
3.4 Model
Penelitian
Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga masyarakat Kota Blitar yang berdasarkan kartu keluarga. Jumlah keluarga di Kota Blitar adalah 9.211 keluarga di Kecamatan Sukorejo, 9.186 keluarga di Kecamatan Kepanjenkidul, dan 11.612 keluarga Kecamatan Sananwetan. Jadi secara keseluruhan populasinya berjumlah 30.009 keluarga (BPS Kota Blitar, 2004 per 31 Desember)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga masyarakat Kota Blitar yang berdasarkan kartu keluarga. Jumlah keluarga di Kota Blitar adalah 9.211 keluarga di Kecamatan Sukorejo, 9.186 keluarga di Kecamatan Kepanjenkidul, dan 11.612 keluarga Kecamatan Sananwetan. Jadi secara keseluruhan populasinya berjumlah 30.009 keluarga (BPS Kota Blitar, 2004 per 31 Desember)
2. Ukuran Sampel
Dalam menentukan ukuran sampel, digunakan pendekatan Slovin yang dikutip Husien Umar (2000) sebagai berikut: n = N/+Ne²
Dalam menentukan ukuran sampel, digunakan pendekatan Slovin yang dikutip Husien Umar (2000) sebagai berikut: n = N/+Ne²
Keterangan:
N = ukuran sampel N = ukuran populasi e = prosentase kelonggaran ketidak
telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolelir Jadi
besarnya populasi (N) dalam penelitian ini dapat diketahui sebesar 30.009 2 1
Ne N n
Metode sampling
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dan proposional sampling. Proposive sampling digunakan dalam menentukan populasi target, dan proposional sampling digunakan untuk menetapkan jumlah sampel pada setiap kecamatan yang ada di Kota Blitar, berdasarkan karakteristik atau kriteria yang telah ditentukan.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dan proposional sampling. Proposive sampling digunakan dalam menentukan populasi target, dan proposional sampling digunakan untuk menetapkan jumlah sampel pada setiap kecamatan yang ada di Kota Blitar, berdasarkan karakteristik atau kriteria yang telah ditentukan.
Teknik
Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari lapangan dengan melakukan pengamatan, wawancara atau memberikan daftar pertanyaan. Dalam penelitian ini data diperoleh pada penggunaan daftar pertanyaan (questioner) dan digunakan pertanyaan yang sudah menggiring ke jawaban alternatif yang sudah ditetapkan. Sedangkan pertanyaan yang tidak menggiring ke jawaban yang susah ditentukan dan tinggal dipilih dari alternatif yang ditawarkan
Data primer diperoleh dari lapangan dengan melakukan pengamatan, wawancara atau memberikan daftar pertanyaan. Dalam penelitian ini data diperoleh pada penggunaan daftar pertanyaan (questioner) dan digunakan pertanyaan yang sudah menggiring ke jawaban alternatif yang sudah ditetapkan. Sedangkan pertanyaan yang tidak menggiring ke jawaban yang susah ditentukan dan tinggal dipilih dari alternatif yang ditawarkan
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau dari pihak lain yang berhubungan dengan obyek penelitian. Adapun yang termasuk dalam data sekunder adalah data mengenai kondisi perusahaan yang mana penulis peroleh dari hasil penelitian dari peneliti sebelumnya atau dengan cara mempelajari studi pustaka atau literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian. Data skunder ini diperoleh dari badan BPS Kota Blitar dan jurnal-jurnal hasil peneliti terdahulu.
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau dari pihak lain yang berhubungan dengan obyek penelitian. Adapun yang termasuk dalam data sekunder adalah data mengenai kondisi perusahaan yang mana penulis peroleh dari hasil penelitian dari peneliti sebelumnya atau dengan cara mempelajari studi pustaka atau literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian. Data skunder ini diperoleh dari badan BPS Kota Blitar dan jurnal-jurnal hasil peneliti terdahulu.
Teknik
Analisis Data
Ada 3 teknis yang akan dipakai dalam melakukan analisis atas data, yaitu:
1. analisis deskriptif,
Ada 3 teknis yang akan dipakai dalam melakukan analisis atas data, yaitu:
1. analisis deskriptif,
2.
analisis MDS (multidimensional scaling),
3.
analisis cluster.
1. Analisis
Deskriptif
Analisis deskriptif adalah untuk menganalisis atribut (daya bersih, aroma, warna, label, kemasan, merk, dan ukuran) yang dipergunakan responden dalam mempersepsikan produk sabun mandi cair.
Analisis deskriptif adalah untuk menganalisis atribut (daya bersih, aroma, warna, label, kemasan, merk, dan ukuran) yang dipergunakan responden dalam mempersepsikan produk sabun mandi cair.
2. Analisis
MDS (Multidimensional Scaling)
Analisis MDS menurut Malhorta (2000) merupakan prosedur untuk menggambarkan persepsi dan preferensi konsumen dalam sebuah display. Dalam penelitian ini analisis MDS memetakan persepsi konsumen terhadap delapan merek sabun mandi cair di Kota Blitar. Dan hasilnya dari pemetaan ini akan diperoleh posisi persaingan dari masing-masing merek sabun mandi cair berdasarkan atribut yang dipersepsikan konsumen. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis MDS adalah sebagai berikut.
Analisis MDS menurut Malhorta (2000) merupakan prosedur untuk menggambarkan persepsi dan preferensi konsumen dalam sebuah display. Dalam penelitian ini analisis MDS memetakan persepsi konsumen terhadap delapan merek sabun mandi cair di Kota Blitar. Dan hasilnya dari pemetaan ini akan diperoleh posisi persaingan dari masing-masing merek sabun mandi cair berdasarkan atribut yang dipersepsikan konsumen. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis MDS adalah sebagai berikut.
3. Ananlisis
Cluster
Ananlisis cluster dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengelompokan merek sabun mandi atas dasar persepsi konsumen terhadap kesamaan dan ketidaksamaan. Menurut Malhorta (2000), ananlisis cluster merupakan teknik ananlisis yang digunakan mengklasifikasikan obyek-obyek menjadi kelompok-kelompok yang relatif homogen. Dalam analisis cluster terdapat dua macam prosedur untuk pembuat pengelompokan.
Ananlisis cluster dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengelompokan merek sabun mandi atas dasar persepsi konsumen terhadap kesamaan dan ketidaksamaan. Menurut Malhorta (2000), ananlisis cluster merupakan teknik ananlisis yang digunakan mengklasifikasikan obyek-obyek menjadi kelompok-kelompok yang relatif homogen. Dalam analisis cluster terdapat dua macam prosedur untuk pembuat pengelompokan.
G. Definisi
Operasional Variabel
Variabel-variabel yang disusun atas permasalahan dan tujuan penelitian, juga diambil dari teori yaitu konsep persepsi sebagai faktor psikologis yang memengaruhi keputusan pembelian konsumen, serta berdasarkan pada variabel pengamatan dari penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak variabel yang terkait dengan persepsi konsumen terhadap sabun mandi cair. Ada tujuh variabel yang dijadikan atribut determinan sebagai dasar persepsi konsumen terhadap sabun mandi yaitu daya bersih, aroma, warna, label, kemasan, merek, dan ukuran.
Variabel-variabel yang disusun atas permasalahan dan tujuan penelitian, juga diambil dari teori yaitu konsep persepsi sebagai faktor psikologis yang memengaruhi keputusan pembelian konsumen, serta berdasarkan pada variabel pengamatan dari penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak variabel yang terkait dengan persepsi konsumen terhadap sabun mandi cair. Ada tujuh variabel yang dijadikan atribut determinan sebagai dasar persepsi konsumen terhadap sabun mandi yaitu daya bersih, aroma, warna, label, kemasan, merek, dan ukuran.
HASIL
PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Obyek Penelitian
Deskripsi Responden
Deskripsi responden dalam penelitian ini dibedakan atas:
Deskripsi responden dalam penelitian ini dibedakan atas:
a. karakteristik demografi responden,
yang meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, dan jumlah
keluarga.
b. profil perilaku, yang meliputi:
pengguna atau tidak menggunakan sabun mandi cair, merek sabun mandi cair yang
dipakai sekarang, berapa banyak setiap kali membeli dalam satu bulan, berapa
kali membeli dalam satu bulan, merek sabun mandi cair yang pernah dipakai,
merek sabun mandi cair yang dikenal atau yang tidak diketahui.
c.
karakteristik responden masing-masing merek sabun mandi cair yang merupakan
suatu keterkaitan karakteristik demografi responden dengan masing-masing merek
sabun mandi cair.